Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) terus berupaya dalam meningkatkan literasi keuangan generasi muda dengan mengadakan edukasi keuangan dan pelatihan konsep Latte Factor bagi siswa SMA. Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 10 Juni 2025 yang merupakan wujud nyata kontribusi perguruan tinggi dalam membangun kebiasaan menabung sejak dini di kalangan remaja, sekaligus mengenalkan cara sederhana dalam mengelola pengeluaran kecil harian. Pelatihan yang diikuti oleh 30 siswa SMA ini dipandu langsung oleh tim UNUSA yang terdiri dari dosen pembimbing Dr. Lalu Muhammad Syahril Majidi, M.M dan mahasiswa dari Program Studi Akuntansi yaitu Bella Nuristya Ningrum dan Qurratun A’yun.
Latte factor yaitu kebiasaan pengeluaran kecil yang bersifat rutinsehingga jumlahnya menjadi besar ketika diakumulasikan. Latte factor diperkenalkan pertama kali oleh David Bach, penulis buku keuangan. Latte factor merupakan segala jenis pengeluaran kecil yang sering kali diabaikan, seperti makan di luar, membeli makanan ringan atau minuman di warung atau minimarket, maupun pembelian impulsif yang sering dilakukan tanpa menyadari akumulasinya.
“Konsep Latte Factor bukan hanya teori pengelolaan keuangan, melainkan langkah praktis yang dapat diterapkan remaja” ungkap Lalu Muhammad Syahril Majidi pemateri utama. Pernyataan ini menegaskan bahwa penting bagi siswa SMA untuk menerapkan konsep Latte Factor sejak dini, karrna hal tersebut dapat berdampak pada berbagai aspek keuangan mereka, seperti kesulitan membayar tagihan, tidak memiliki dana darurat yang memadai, hingga kegagalan dalam mencapai tujuan investasi di masa depan.
Kegiatan ini diawali dengan pelaksanaan pretest untuk mengetahui sejauh mana pemahaman awal siswa mengenai pengelolaan keuangan pribadi dan konsep Latte Factor sebelum diberikan materi pelatihan. Untuk mengatasinya, siswa diajarkan membuat anggaran belanja mingguan atau bulanan guna melacak pengeluaran, mengidentifikasi pengeluaran yang tidak penting, serta menentukan prioritas dengan pola 70/20/10, yaitu 70% untuk kebutuhan sehari-hari, 20% untuk membayar utang jika ada, dan 10% untuk ditabung. Selain itu, mereka juga didorong mengurangi frekuensi membeli kopi di kedai dengan menetapkan batas pengeluaran harian atau mingguan, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya manajemen keuangan pribadi agar terhindar dari jebakan Latte Factor.
Salah satu dampak dari Latte Factor adalah rendahnya literasi keuangan. Qurratun A’yun, salah satu mahasiswa UNUSA yang terlibat dalam kegiatan pendampingan, menjelaskan bahwa “literasi keuangan merupakan kemampuan dalam mengambil keputusan keuangan yang tepat dengan memahami konsep serta risiko”, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan finansial diri sendiri maupun masyarakat. Rendahnya literasi keuangan ini terutama dialami oleh generasi muda, khususnya siswa SMA, yang sering menghadapi tantangan dalam mengelola keuangan pribadi mereka.
Setelah materi selesai, kegiatan dilanjutkan dengan game edukasi. Game ini membantu siswa memahami konsep Latte Factor secara praktis dan menyenangkan. “Dengan game ini adalah agar siswa mengenali pengeluaran kecil sehari-hari dan termotivasi mengelola keuangan mereka dengan lebih bijak” ungkap Bella Nuristya Ningrum salah satu mahasiswa UNUSA.
Sebagai penutup, kegiatan diakhiri dengan pelaksanaan postest untuk mengevaluasi sejauh mana pemahaman siswa setelah mengikuti materi dan game edukasi Latte Factor. Dengan kegiatan ini membantu siswa memahami pentingnya literasi keuangan sejak muda dan membangun kebiasaan finansial sehat. Pengabdian masyarakat ini juga menumbuhkan kesadaran kritis tentang pengelolaan keuangan. Hal ini menunjukkan kontribusi UNUSA dalam meningkatkan literasi keuangan pelajar dan perannya sebagai agen perubahan.
Komentar Terbaru