Surabaya, 20 Oktober 2025 — Program Studi Akuntansi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) terus memperkuat kontribusinya dalam agenda nasional transisi energi berkeadilan dan pembangunan berkelanjutan.

Dr. Endah Tri Wahyuningtyas, S.E., M.A., CSRS., AWP., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi, Bisnis, dan Teknologi Digital (FEBTD) Unusa, berpartisipasi aktif sebagai anggota tim Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Pusat dalam kegiatan Dialog Transisi Ekonomi Batu Bara Kalimantan, bagian dari rangkaian acara Indonesia Sustainable Energy Week Goes Regional (ISEWGR) 2025 yang diselenggarakan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas bekerja sama dengan Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ) GmbH.

Mengusung tema “Solusi Kolaboratif untuk Transisi Energi yang Adil di Kalimantan Timur,” kegiatan ini berlangsung selama empat hari di Hotel Mercure Samarinda dan diikuti oleh berbagai pemangku kepentingan strategis dari unsur pemerintah pusat dan daerah, dunia usaha, lembaga keuangan, akademisi, serta organisasi masyarakat sipil. Forum ini merupakan bagian dari program global Innovation Regions for a Just Energy Transition (IKI-JET) yang berfokus pada percepatan transformasi ekonomi di wilayah penghasil batu bara menuju pembangunan hijau dan berkelanjutan.

Dalam Focus Group Discussion (FGD) bertajuk “Dari Potensi ke Aksi: Jalur Ekonomi Kalimantan dalam Transisi Energi,” Dr. Endah turut berkontribusi aktif dalam diskusi bersama masyarakat, lembaga keuangan, dan pelaku usaha daerah. Diskusi ini membahas bagaimana Kalimantan Timur dapat memperkuat ketahanan ekonomi di era pascabatubara melalui strategi yang inklusif dan berkeadilan.

Sesi tersebut bertujuan untuk menganalisis struktur fiskal dan pola investasi yang mampu mendukung transisi energi yang adil di tingkat regional, serta mengidentifikasi bentuk sinergi antara sektor publik dan swasta dalam mendorong investasi energi berkelanjutan. Selain itu, forum juga membahas studi kasus dari Kalimantan Timur yang berpotensi direplikasi di daerah lain, meninjau pengaruh kerangka kerja Environmental, Social, and Governance (ESG) terhadap perilaku sektor swasta di wilayah penghasil batu bara, dan mengeksplorasi strategi implementatif dalam membangun ketahanan ekonomi daerah di masa transisi energi.

“Transisi energi yang adil bukan hanya soal mengganti sumber energi, tetapi juga tentang memastikan masyarakat lokal tetap memiliki sumber penghidupan yang layak. Akademisi berperan penting menjembatani riset, kebijakan, dan praktik dunia usaha agar proses ini benar-benar inklusif,” ujar Dr. Endah.

Lebih lanjut, Dr. Endah menyampaikan bahwa akademisi dapat berperan aktif mengawal transisi ekonomi melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat, antara lain dengan memberikan pendampingan bagi masyarakat lokal dalam menyusun proposal bisnis dan laporan keuangan yang bankable, serta mendampingi proses perizinan usaha agar pelaku ekonomi daerah dapat lebih mudah mengakses pembiayaan dari lembaga keuangan. Selain itu, akademisi juga dapat melatih masyarakat untuk melakukan upskilling dan reskilling agar kompetensi mereka sesuai dengan kebutuhan industri baru yang tumbuh dalam ekosistem ekonomi hijau.

“Perguruan tinggi seperti Unusa dapat menjadi mitra strategis pemerintah dan dunia usaha dalam memastikan masyarakat memiliki kapasitas adaptif terhadap perubahan ekonomi. Melalui pendampingan, pelatihan, dan edukasi keuangan, masyarakat tidak hanya menjadi penonton dalam transisi ini, tetapi bagian dari pelaku utama,” jelasnya.

Kegiatan ini dihadiri oleh perwakilan Bappenas, Kementerian ESDM, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Bank Indonesia, PT Kaltim Prima Coal, PT Bukit Asam, PT SMI, serta organisasi masyarakat sipil seperti Koalisi Ekonomi Membumi (KEM) dan WALHI Kalimantan Timur.

Berbagai masukan dari peserta forum menjadi rekomendasi awal bagi pemerintah dan dunia usaha untuk memperkuat ekonomi daerah melalui diversifikasi sektor non-batu bara, pengembangan UKM hijau (Green SMEs), dan perluasan pembiayaan berkelanjutan yang menjangkau masyarakat dan pelaku usaha kecil.

Dalam kesempatan tersebut, Dr. Endah juga menyoroti pentingnya peran Prodi Akuntansi Unusa dalam memperkuat tata kelola dan literasi keberlanjutan di tingkat daerah. Hal ini sejalan dengan kerangka White Paper Bappenas–ADB “Unveiling the Future of Sustainable Business through Empowering Green MSMEs” yang menegaskan pentingnya peran akademisi dalam menghubungkan penelitian, kebijakan, dan praktik bisnis berkelanjutan.

“Akuntansi berperan besar dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas pembiayaan hijau. Melalui kurikulum dan riset yang relevan, Unusa berkomitmen melahirkan lulusan yang peka terhadap isu keberlanjutan dan siap menjadi bagian dari solusi ekonomi hijau Indonesia,” tambahnya.

Partisipasi Unusa dalam forum berskala nasional dan internasional ini memperkuat posisi universitas sebagai mitra strategis pemerintah dan dunia usaha dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Melalui kehadiran akademisi seperti Dr. Endah, Unusa menegaskan peran nyatanya dalam membangun jembatan antara dunia pendidikan, kebijakan publik, dan sektor bisnis, menjadikan perguruan tinggi tidak hanya sebagai pusat ilmu pengetahuan, tetapi juga motor perubahan menuju transisi ekonomi hijau yang inklusif dan berkelanjutan.

Oleh: Endah Tri Wahyuningtyas, Ketua Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Bisnis dan Teknologi Digital Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya.