Dosen Fakultas Ekonomi Bisnis dan Teknologi Digital (FEB-TD) Reizano Amri Rasyid, S.T., M.MT beserta jajaran tim dari UNUSA melakukan sosialisasi tentang pentingnya pembentukan branding bagi pelaku UMKM dimasa COVID-19 serta pelatihan tentang penerapan pembentukan branding bagi para pelaku usaha mikro kecil menengah di Surabaya.

Pandemi Covid-19 dan perkembangan teknologi informasi merupakan momentum bagi UMKM untuk meningkatkan branding dari produknya untuk menarik calon pembeli. Hal ini dikarenakan saat ini terjadi pergeseran pola pembelian konsumen yang cenderung belanja melalui daring (online). Konsumen yang sebelumnya memiliki kecenderungan untuk melihat hingga memeriksa secara langsung produk pilihannya di toko atau pasar, kini semakin beralih ke belanja online. Maka daripada itu menjadi penting bagi UMKM untuk memaksimalkan branding produknya agar lebih menarik minat calon pembeli. Branding produk merupakan salah satu solusi yang ditawarkan untuk UMKM agar memiliki ketahanan ekonomi di masa pandemi Covid–19.

Reizano Amri Rasyid, MMT., beserta peserta pelatihan BRAVE

Layaknya brand, maka branding juga memiliki beberapa pengertian tergantung sudut pandang penggunaannya. Secara awam, branding dipahami sebagai kegiatan promosi, iklan, atau publisitas. Penggiat pemasaran umumnya mengartikan branding sebagai cara sebuah produk atau jasa dirancang terlihat bagi konsumen apakah menyangkut pengemasan, logo, atau tagline. Sudut pandang akademisi memahami brand ing sebagai sebuah proses mendesain sebuah brand termasuk di dalamnya nama, logo, identitas, membentuk brand awareness dan menciptakan brand image dan attitude yang positif yang dapat dicapai melalui beragam cara termasuk periklanan, pengemasan, dan desain produk. Branding merupakan salah satu elemen penting yang harus dipertimbangkan ketika merencanakan strategi pemasaran suatu produk. Branding dapat dimanfaatkan untuk menciptakan image sebuah brand dari sebuah produk dalam benak konsumen.

Menurut survey yang dilakukan oleh katadata, jumlah UMKM yang beralih ke layanan digital meningkat dua kali lipat dibandingkan sebelum ada pandemi corona sekitar delapan juta menjadi 15,9 juta, akan tetapi sebagian besar UMKM belum memanfaatkan secara optimal. Menurut Asisten Deputi Ekonomi Digital Kementerian Koordinator Perekonomian salah satu tantangan paling besar yang dihadapi oleh UMKM di Indonesia di kondisi saat ini adalah kurang nya inovasi digital dan strategi pemasaran yang harus diperbaiki. Bank Indonesia (BI) mencatat, sekitar 87,5% UMKM terkena dampak pandemi Covid-19. UMKM yang bertahan cenderung telah beralih ke digital, hal ini membuktikan bahwa digitalisasi menjadi sebuah kebutuhan yang penting. Selain daripada itu UMKM juga harus mulai membiasakan diri dengan teknologi. Bukan hanya memasarkan saja tetapi perlu dibangun sebuah strategi pemasaran digital, dimana di dalamnya juga termasuk dalam membangun brand digital. Jika pelaku UMKM tidak mau keluar dari zona nyamannya mereka, maka UMKM akan semakin tertinggal dan semakin banyak yang gulung tikar karena tidak dapat bersaing terutama di situasi seperti sekarang ini.

Permasalahan dalam membangun brand tentunya diharapkan juga dapat terbantu dalam media digital, tetapi kebanyakan pelaku UMKM belum banyak yang dapat beradaptasi dengan mediamedia digital. Walaupun beberapa pelaku UMKM yang sudah mulai memanfaatkan media digital dalam membangun brand, tetapi hal itu hanya sebatas mengikuti trend. Hasilnya penggunaan media digital belum memberikan dampak yang signifikan dalam mengembangkan brand produk UMKM.